PENGUMUMAN

UTS untuk mata kuliah Teknik Komunikasi dan Negosiasi berlangsung sesuai jadwal pada Tanggal 2 April 2019 jam 16.30 - 16.00. Ujian dijawab secara online, namun tetap di dalam kelas pada periode waktu di atas untuk memenuhi ketentuan pembelajaran tatap muka STIA LAN Makassar. 

Untuk itu bagi yang sudah TERLANJUR MENGERJAKAN di luar periode waktu di atas, tetap berkewajiban datang ke kelas dan mengerjakannya kembali sesuai jadwal.

Dosen: Dr. Frida Chairunisa, M.Si.

 

Kemarin, tiba di Jepang disambut hujan dan badai Taiphoon. Namun kegiatan plesir ke beberapa tempat tetap dapat dilakukan. Tidak maksimal pengalamannya memang tetapi masih ada beberapa hari kedepan untuk menikmati berbagai sisi Jepang.

Ketika check ini di hotel kemarin, Makino, Koordinator Program dari JICE, telah menyampaikan untuk berkumpul di lobby dan berangkat dari hotel ke tempat pelatihan jam 08.40 keesokan harinya. Malam hari Makino menelpon bahwa karena adanya Taiphoon maka berangkat ke tempat pelatihan diundurkan dari jam 08.40 ke jam 09.10.

Sepintas, tidak ada yang istimewa dari peristiwa di atas. namun jika dicermati, maka dapat diahami bahwa di Jepang waktu tidak lagi dihitung kelipatan 60 menit atau 30 menit, tetapi sudah lebih detail. Ini adalah refleksi dari kedisiplinan mereka memanfaatkan waktu menit demi menit. Kedisiplinan semacam ini ditemukan disemua negara maju, dan sebaliknya. Demikian pula pembelajaran di kelas, dimulai jam 10.00 tepat sesuai jadwal.

Yang menarik di sesi pembelajaran ini adalah nara sumber yang tidak segan-segan mengatakan saya tidak tahu untuk hal yang tidak dikuasainya. Sebenarnya bukan hanya di jepang, di beberapa negara maju yang dimana saya pernah mengikuti pelatihan para nara sumbernya biasa-biasa saja. Bahkan terkesan nara sumber Indonesia lebih hebat. Hanya saja yang selalu menjadi tanda tanya bagi saya jika mereka biasa-biasa saja lantas apa yang membuat mereka bisa maju?

Deputi Bidang Diklat Aparatur LAN yang kebetulan duduk berdekatan dengan saya di bus dalam perjalanan pulang ke hotel mengatakan “terletak pada kemampuan mereka mengimplementasikan”. Ha ini sejalan dengan pandangan salah seorang nara sumber di Urban Redevelopment Agency (URA) di Singapure. Dalam kesempatan mengantar peserta Diklat Kepemimpinan Tingkat II ke sana saya merasa tersentak oleh pernyataan nara sumber tersebut. “Indonesia jauh lebih hebat dalam perencanaan”, katanya. Saya sempat melirik beberapa orang peserta Diklat tersenyum kecil seolah bangga dengan sanjungan tersebut. Tetapi kemudian nara sumber tersebut melanjutkan, “kehebatan kami terletak di kemampuan mengimplementasikan perencanaan”. Pernyataan tersebut terasa seperti pukulan yang menyentak kesadaran saya dan mungkin beberapa peserta diklat yang sempat mendengarkan, betapa kita abai dalam hal ini. Benarlah perkataan Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Thailand, Lutfi Rauf, yang pernah saya undang untuk memberikan ceramah di depan peserta DIklat Kepemimpinan Tingkat II. “Kita hebat membuat perencanaan, tetapi begitu mau diimplementasikan semua menghindar”, katanya.

Mungkin penyebabnya bukan hanya hal di atas, tetapi masih ada banyak faktor lain yang terselip diantara cara berpikir dan cara bekerja mereka. Apa itu persisnya? akan tetap menjadi pertanyaan yang perlu dicari jawabnya.